Suara gamelan terdengar sayup sayup sampai, di depan gapura desa kemacetan menyergap, petugas kamtib berpakaian hansip bersenjata pentungan ...
Suara gamelan terdengar sayup sayup sampai, di depan gapura desa kemacetan menyergap, petugas kamtib berpakaian hansip bersenjata pentungan dan peluit tampak ekstra sibuk mengatur lalu lalang kendaraan, konon ada ritual sesaji yang ditradisikan masyarakat desa itu dan terus dilestarikan turun temurun dari tahun ke tahun, walhasil niat untuk singgah batal karena khawatir terjebak dalam kemacetan sebagaimana umumnya terjadi pada event2 karnaval di desa, ruas jalan yang sempit tak sebanding dengan meluasnya animo warga yang senantiasa datang berduyun-duyun mengerumuni sebuah keramaian, saat itu saya lebih memilih rehat minum kopi semeru dan meneruskan perjalanan ke timur dengan menyimpan memori penasaran tentang sebuah desa yang menurut penuturan seorang teman “unik dan menarik”
Jika kita buka lembaran tarikh Kata gapura yang diadopsi dari bahasa arab ghafur atau gapuro dalam pengucapan lazimnya secara historis mempunyai arti yang penting bagi perkembangan agama Islam di Pulau Jawa. Konon kata gapura dipakai sejak periode dakwah walisongo, gapura digunakan untuk menyebut orang yang memasuki masjid, barang siapa yang melewati gerbang (gapura) masuk ke masjid (Demak) maka ia telah membuka jalan pertobatan untuk menghapus dosa-dosanya yang telah berlalu. Gapura (jalan pertaubatan) dilambangkan dengan sebuah gerbang yang pada episode selanjutnya diserap dalam perbendaharaan bahasa jawa menjadi gapuro yang juga dimaknakan gedhe pangapuro (sebesar-besar pengampunan).
COMMENTS